“Kasih
melampaui segala-galanya,,, bahkan dunia”, begitulah seorang sahabat menulis
status dalam akun Facebooknya. Saya tentu saja tidak mengerti banyak tentang
maksud status beliau, namun hal yang pasti adalah ia ingin menyatakan kebesaran
peran KASIH dalam kehidupannya. Kasih itu sederhana, hanya terdiri dari 5
huruf, dua suku kata, sehingga lidah sangat gampang meng-eja-nya. Memang kasih
itu benar-benar sederhana.
Guna membicarakan KASIH itu, saya pakai tiga momen penting: pertama, teladan hidup Santa Monica (ibu st. Agustinus), Kedua, kisah tentang kasih persaudaraan di antara jemaat (KSPB), Ketiga, kisah dalam Injil tentang kesembuhan seorang hamba perwira, lalu kisah
kebangkitan seorang anak muda di Nain yang bernota bene sebagai anak seorang
Janda.
Santa
Monika.
Dalam bibliographinya, Monika dikenal tidak lebih dari seorang ibu rumah tangga
yang setia mendampingi anaknya, terutama dalam proses pertobatan buah hatinya,
Agustinus. Agustinus bertobat lalu menjadi Uskup dan akhirnya dinobatkan menjadi santo. Orang yang gemar mempelajari filsafat Abad Pertengahan mengenal Agustinus sebagai Teolog. Ia adalah seorang ahli teologi termasyur abad itu karena kedalaman refleksi dan spekulasi teologinya yang mentereng.
Agustinus yang “dilahirkan kembali” sebagai teolog besar
itu sebenarnya tidak lepas dari kesetiaan Monika dalam mendampinginya. Monica is an actress behind the screen. Kira-kira
itulah ungkapan yang afdol untuk posisi Monica jika dilihat dari sejarah hidup
Agustinus. KASIH melahirkan kesetiaan. Tanpa Kasih tak mungkin kita bisa setia. Kasih yang terpancar dari keibuan Monika mampu mengubah Agustinus yang hidupnya amburadul dan tak mengenal Tuhan.
Kisah tentang kasih persaudaraan di antara jemaat (Surat Paulus kpd Jemaat di Tesalonika)
Dalam
suratnya kepada umat di Tesalonika, Rasul Paulus menegaskan kembali ajaran Kristus tentang kasih. Mungkin Paulus menambahkan
kasih persaudaraan karena konteks hidup jemaat perdana lekat dengan tradisi kumpul dan memcahkan roti. Mereka hidup dalam komunitas. Hal ini tidak jauh dari model atau gaya hidup kita yang selalu ada dan bersama
dalam komunitas (juga keluarga). KASIH persaudaraan menumbuhkan ke-erat-an dalam relasi antar
jemaat, atau relasi antar saudara, ayah-ibu, orangtua-anak2.
Kisah dalam Injil tentang kesembuhan seorang hamba perwira, lalu kisah kebangkitan seorang anak muda di Nain yang bernota bene sebagai anak seorang Janda.
Pertama kisah penyembuhan seorang hamba
perwira. Menarik di sini bahwa sang Perwira menyuruh
para tua-tua Yahudi untuk meminta
Yesus menyembuhkan hambanya. Jika kita teliti dengan pemilihan kata di atas,
maka kita melihat perbedaan yang jelas. Kepada tua-tua Yahudi sang perwira menyuruh. Sedangkan kepada Yesus ia meminta untuk menyembuhkan hambanya.
Memang dalam tata bahasa atau literatur Yunani (bahasa yang digunakan dalam
Kitab Suci sebagai acuan terjemahan ke dalam berbagai bahasa) antara Tua-tua
Yahudi dengan Yesus tidak terdapat perbedaan, toh disapa dengan kata KURIOS.
Kurios artinya Tuhan. Tak ada perbedaan, namun penghargaan perwira kepada Yesus
dengan memakai kata meminta dan bukan
kata menyuruh kiranya menegaskan
perbedaan yang ekstrim atas arti dari kata yang sama. Kerendahan hati inilah yang
menarik Yesus dalam menyembuhkan hamba itu. Perwira mengakui dan menyatakan
serta menerima Yesus untuk menyembuhkan hambanya.
Dalam
kisah yang sejajar dengan itu, kisah kebangkitan anak muda di Nain juga kiranya
sama. Kisahnya memiliki pola yang sama. Saya tertarik dari reaksi orang banyak.
Mereka mengatakan bahwa Allah telah melawat umatnya dan mereka merasakan itu
lantas memuliakan Allah. Bagi saya
sendiri, dua kisah dalam Injil di atas menunjukkan KASIH yang melahirkan iman.
KASIH sang Guru Agung menimbulkan dan menumbuhkan iman pada perwira dan juga
orang banyak di Nian.
Terus? So what....
Kiranya
ajaran KASIH yang menjadi lagu lama dalam Gereja kita, tetaplah aktual apalagi
di tengah masyarakat yang bermental LO LO GUA GUA. Kiranya kasih persaudaraan
kita, dalam lingkup kehidupan menggereja menjadi saksi bagi dunia. Kasih yang tampak dalam komunitas Gerejawi menjadi tanda bahwa KASIH itu masih sangat
berperan penting dalam menumbuhkan kesatuan jemaat gerejawi, pun dunia pada
umumnya.