Senin, 21 Maret 2011

μετάνοία


μετάνοία
(Pertobatan)
Saudara-sekalian yang terkasih dalam Kristus….
Rekonsiliasi hampir pasti sering terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari terutama dalam kaitannya dengan masalah relasi. Sebab manusia yang menyebut dirinya sebagai homo socius selalu berhubungan satu dengan yang lainnya. Aku berelasi maka aku ada. Relasi manusia pun tidak serta merta selalu baik dan terjaga. Hampir pasti manusia selalu bergelut dengan masalah relasinya, baik membangun relasi, mempertahankan relasi, atau pun memulihkan relasi yang sudah rusak. Terganggunya relasi antar manusia melahirkan jarak antar kedua individu yang berelasi. Untuk memperbaiki kembali kerusakan relasi itu dibuatlah suatu rekonsiliasi, sebuah pemulihan. Rekonsiliasi ini dapat terjadi jika ada niat dari salah satu pihak untuk mengubah pikiran mereka (metanoia).
Tema pertobatan memang selalu mewarnai nuansa prapaskah. Dalam masa pertobatan ini, umat Allah diajak untuk berbenah diri dan membangun suatu komitmen yang kukuh untuk berbalik arah atau kembali ke jalan yang benar. Memang Allah mengingin kan umat-Nya bertobat. Seandainya Anda tidak ingin bertobat, nanti akaan tiba saatnya ditegur oleh Allah supaya kita dapat bertobat, bandingkan dengn kisah Rasul Paulus. Dan seandainya ada niat untuk bertobat, lakukanlah itu pasti Allah menerimamu kembali. Pertobatan, selain usaha dan komitmen pribadi untuk ber-metanoia (berubah pikiran), perlu juga rahmat dan kasih Allah supaya pertobatan itu menjadi sempurna. Itulah yang disebut rahmat pertobatan.
Saudara-saudara yang terkasih dalam Kristus..
Nabi Mikha dalam bacaan petama tadi memuji sosok Allah yang penuh belas kasih dan memaafkan. Ia kembali mengingat kasih Allah yang sempurna kala bangsanya dahulu keluar dari pembebasan Mesir. Unsur yang paling utama dalam proses eksodus tersebut adalah sosok Allah yang melindungi dan penuh kasih setia. Bagaimana pun nakal-nya umat Israel, Allah tetap menjaga mereka dengan tangan teracung dan membawa mereka masuk tanah terjanji.
Kesetiaan Allah terus digemakan juga dalam konteks pemberitaan Yesus dalam Perjanjian Baru. Cerita terkenal tentang Anak yang hilang merupakan pilihan tepat Yesus untuk menggambarkan Allah yang berbelas kasih dan itu terdapat dalam sosok ayah. Menarik untuk dilihat struktur Injil hari ini, diawali dengan ocehan para ahli taurat dan orang farisi yang mengecam Yesus karena Beliau menerima orang berdosa. Sebelum Yesus mengumbarkan perumpamaan tentang kasih Allah yang tiada batasnya itu, terlebih dahulu ia menerima orang berdosa. Ada hubungan antara tindakan dan perkataan. Paling tidak dengan demikian orang banyak akan menemukan Kasih Allah itu dalam diri-Nya, tapi orang Farisi dan ahli taurat gak mudeng2.
Saudara-saudaraku yang terkasih….
Kita sudah tahu bahkan menghafal alur cerita kisah perumpamaan ini. Akhir cerita memang gantung, kita tidak tahu apakah si Anak Sulung masuk ke dalam perjamuan syukur penerimaan kembali si bungsu atau tidak. Boleh dikatakan bahwa Lukas tidak menganggap penting peran si sulung dalam cerita itu. Fokus pemberitaan ini adalah Allah yang berbelas kasih. Bapalah yang menjadi fokus pemberitaan Yesus.
Ketika si Bungsu meminta warisan, yang seyogianya dilakukan setelah ayah mereka meinggal, Ayahnya menyetujui permintaan anaknya. Selanjutnya, ketika ia pergi dan menghabiskan harta itu, lagi-lagi bapa tidak melarangnya. Akhirnya ketika Ia berbalik Bapa merangkulnya dengan besukaria, tak ada kemarahan, tak ada dendam.
Di sini kita menyadari bahwa manusia itu sungguh bebas menentukan pilihannya. Allah pun tak membatasi pergerakan kita, Dia tak pernah mengatur kita. Kita selalu memilih dan melakukan apa yang terbaik bagi kita tanpa mempertimbangkan kehendak Allah.
Malah ia yang berinisiatif untuk mendatangi kita. Yang penting ada niat dari kita sendiri untuk berbalik dan kembali ke Bapa. Ia pasti menyambut kita. Bahkan kalau pun tak ada niat untuk kembali ke Bapa, Ia berinisiatif mendatangi dan mengajak kita untuk berbahagia bersamanya, seperti sosok Bapa yang mendatangi si Sulung. Marilah saudara-saudara pada masa yang penuh rahmat ini, kita berbenah diri dan melanjutkan pertobatan kita. Bangunlah niat untuk ber-metanoia, ubahlah pikiran kita untuk kembali ke jalan yang di kehendaki Bapa. Amin.

Tidak ada komentar: